Skip navigation

Tadi waktu jam istirahat aku ke Ulee Kareng, membelikan kopi aceh pesanan seorang teman. Aceh emang terkenal dengan kopi nya yang nikmat. Aku juga baru suka ngupi-ngupi ya setelah tinggal disini, emang kopinya beda sih dari kopi yang selama ini pernah aku coba, termasuk Starbucks!!! Kopinya lebih gimannaa gitu, lebih pekat, agak asam dikit, pokoknya nikmat. Pantesan laki-laki Aceh betah banget nongkrong di kedai kopi, pantes juga kalau instruksi Gubernur NAD saat apel perdananya adalah bahwa PNS dilarang nongkrong dikedai kopi saat jam kerja (instruksi yang jujur, sempat aku tertawakan karena tampak lucu).

Saat membeli kopi tadi, terjadilah percakapan antara aku dengan si pemilik kedai kopi (duh, aku ga sempat tanya nama si bapak pemilik kedai kopi), tapi yang pasti nama kedai kopinya Solong, yang konon merupakan kedai kopi paling terkenal dan paling enak di Banda Aceh.

Pembicaraan berawal saat si pemilik kedai kopi menebak kalau kopi yang aku beli pastinya untuk dikirim keluar kota (ya.. karena emang aku belinya dalam jumlah cukup banyak). Selanjutnya, sambil menunggu kopi pesananku dikemas (kebetulan kopi jenis kasar yang aku pesan sedang tidak ada yang berbentuk kemasan, jadi harus dikemas dulu), aku bertanya mengenai cabang lain dari warung kopinya karena sepengetahuanku ada beberapa kedai kopi yang mengklaim dirinya sebagai cabang dari kedai kopi Solong di UK (baca: Ulee Kareng) ini.

Ternyata beliau tidak membuka cabang dimanapun, kedai kopi miliknya ya cuma yang di UK itu saja. Kedai kopi yang mengklaim sebagai cabang dari kedai kopi miliknya ternyata adalah atas prakarsa mantan anak buahnya dan kopi yang dijual di kedai-kedai mereka pun ternyata bukan berasal dari kedai kopi Solong ini. Tapi ya bisa jadi berasal dari kebun kopi yang sama karena (mungkin) si anak buah si Bapak itu sempat kenalan dengan pemasok kopi ke kedai kopi Solong. *ribet deh bahasanya…*

Waktu aku tanya mengapa si Bapak ga membuka cabang lain, dan mengapa dia membiarkan anak buahnya mengklaim kalau kedai kopi mereka adalah cabang dari kedai kopi miliknya, si Bapak hanya tersenyum bijaksana. Menurut beliau, rezeki seseorang sudah diatur oleh yang Maha Mengetahui. Beliau sudah cukup puas dengan apa yang sudah dicapainya sekarang, dengan kondisinya sekarang yang hanya memiliki satu kedai kopi, menurutnya dia akan punya cukup waktu untuk keluarganya, dia masih sempat mengantarkan anak2nya pergi ke sekolah, mengajari anak-anaknya mengaji dan bercengkrama dengan mereka di malam hari selayaknya keluarga normal. “Saya tidak bisa bayangkan jika saya hanya memikirkan dunia, oke duit saya banyak tapi mungkin hati saya ga puas, saya ga tenang, saya merasa bersalah dengan anak-anak saya karena saya tidak punya waktu dengan mereka, saya sibuk mencari harta dunia. Buat apa??”, gitu kata si Bapak…

*jedduuuggg*

Duh, si Bapak berhati besar sekali, disaat seperti ini jarang sekali bisa ditemui orang seperti ini. Saat dimana semua orang sepertinya diperbudak oleh harta duniawi, tamak dan selalu merasa kurang dan kurang. Tidak mensyukuri apa yang telah diraih dan malah selalu merasa haus karena belum punya ini dan belum punya itu.

Ah Bapak, terimakasih untuk waktu kurang dari 10 menitnya. Bapak hebat karena dengan waktu seringkas itu bisa memberikan pelajaran berharga buat saya yang pastinya tidak akan bisa saya dapatkan di bangku universitas manapun.

Ternyata efek singgah ke kedai kopi kali ini bagus banget ya, asal jangan berkelanjutan aja, ntar malah kena razia nya pak Irwandi, kan ga lucu… huehehe.. 🙂

 

 

4 Comments

  1. dhe..pa bener kopi aceh da ‘campuran’nya….

  2. pernah denger sih…
    tapi kalo ga by request sih kayaknya ga dapat yang ada “campurannya”
    dari hasil googling, more about kopi aceh ada disini, disini dan disini.

  3. mang sih…klo dah pake campur “sayur” rasanya lebih pass….kopinya!

  4. Yg dimaksud sayur tuh ganja alias cimeng ya?


Leave a reply to anno' Cancel reply